Review Good Memories by Lia Indra Andriana

My rating : 4 bintang (skala 5)



Judul : Good Memories
Penulis : Lia Indra Andriana
Penyunting : NyiBlo
Proofreader : Yuli Yono
Desain cover : Dedy Andrianto
Ilustrasi isi : Angelina Setiani
Penerbit : Haru
Terbitan : September  2013
Jumlah halaman : 336 halaman
ISBN : : 978-602-7742-22-2


Annyeong ^.^
Novel Good Memories merupakan novel Hi! Kwangdae yang merupakan serial fiksi young adult oleh penulis-penulis dari Penerbit Haru dengan latar negara Korea.

Kisah ini bermula dari WhatsApp.
“Nasib Indonesia ada di tanganmu, Kak.” (Rani, halaman 8)


Sesuai dengan judulnya ‘Good Memories’ dan covernya yang berupa kamera Polaroid, tema novel ini merupakan kenangan manis.

Ukir kenangan, Kak. Foto-foto yang banyak sama teman-teman. (Rani, halaman 39)
Maya menerima tantangan adiknya untuk mengabadikan good memories selama mengikuti kelas bahasa Korea di Kwanghan University.

Project dari Rani : Ciptain Kenangan
Kenangan nggak harus dengan teman, bisa juga dengan barang kok :P
(halaman 42)
Tapi Maya tidak punya teman sampai ia mengenal Luc, teman sekelasnya, seorang pria berkebangsaan Prancis yang terang-terangan menyatakan suka padanya. Luc bahkan ingin mendapatkan kupon Friendvitation buatan gadis itu.


Luc kecewa akan sikap Maya yang semau gue dalam belajar dan mengerjakan tugas. Saat banyak orang berharap bisa kuliah di luar negeri, Maya malah rela melakukan apa pun agar bisa meninggalkan Kwanghan University dan kembali bersama kekasihnya, Alva di Indonesia. Sayangnya, semua tidak semudah itu.
                                                                                                                                        “Tiga bulan lagi, di waktu dan tempat yang sama, aku akan mengevaluasi apakah kau layak diberi tambahan kupon pertemanan.”
Ketika kupon Friendvitation yang Maya berikan kepada Luc telah expired, akankah Maya memperpanjang masa berlaku kuponnya? Ataukah Maya akhirnya akan kembali kepada Alva dan melupakan semua yang terjadi di Korea?

Inikah cinta? Membuatmu rela melakukan tindakan bodoh yang tak masuk akal?



Kisah cintanya fresh ala remaja dengan kerumitan sarang laba-laba berupa cinta segilima. Kegalauan untuk memilih cinta sejati sangat terasa dalam novel ini. Rasa suka, ketertarikan, dan persahabatan awalnya berbaur bak kabut lalu membentuk gumpalan cinta yang jelas. Kisahnya romantis dengan banyak dinner dan bahkan Love Coupon … ^.^


“Gue juga nggak mau lama-lama pisah sama lo. Lo kan tahu gue nggak bisa LDR. Kalo lo kelamaan di sana, banyak cewek di sini yang nunggu gue jadi jomblo. Dan gue bukan cowok yang kuat iman, lho.” (Alva, halaman 33)
Maya yang merupakan tokoh utama dalam novel ini benar-benar menggambarkan gadis yang baik hati dan rela berkorban apa saja demi memenuhi keinginan pacarnya, Alva yang anti LDR (Long Distance Relationship). Maya bersikeras membalas semua WhatsApp yang masuk dari Alva walaupun sedang belajar bahasa Korea di kelas. Ia sukses membuat Ahn sonsaengnim, gurunya pusing 7 keliling…

Sayang, jangan lupa ya tanyain ke guru lo tentang cerita rakyat Korea. Stella butuh buat bikin artikel lomba. (Alva, halaman 11)
Lo udah nyariin titipan gue? Tas buat naruh iPad dan hape? (Alva, halaman 35)
Jangan lupa cariin earplug Pororo buat iPhone gue ya. (Alva,   halaman 128)
Alva benar-benar tipe cowok yang menyebalkan. Penuntut, bawel, rese, jutek, dan pengeretan alias matre. :P Masa cowok minta dibeliin suvenir terus-menerus????
Memang sih sejak awal agak ketebak cowok yang satu ini pasti punya rahasia udang di balik batu… Ini merupakan twist yang tidak akan aku beri tahu, biar pada penasaran. =)

Sedikit kekurangan novel ini ialah konfliknya kurang meruncing. Sesuai dengan pengucapan bahasa Prancis yang sangat cepat dan memakai liaison, sebenarnya karakter orang Prancis agak tidak sabaran, sensitif (emosional), dan agak cerewet O.O (aaarggh...aku langsung disambit pakai croissant beton…pardonnez moi :P) Karakter Luc terlalu sempurna. Benar-benar Prince Charming yang didambakan para gadis. Dan karakter metroseksual Luc yang senang memakai produk kecantikan lebih cocok disebutkan sebagai pengaruh budaya Korea dibandingkan Prancis. Pengaruh budaya Prancis lebih cocok diterapkan dalam fashion, kecenderungan Luc yang pulah-pilih makanan, dan sifat romantisnya. Dan satu hal kecil lagi … berlainan dengan sifat Luc yang royal dalam mentraktir teman-temannya, karakter orang Prancis yang sebenarnya ialah agak teliti dalam mengeluarkan uang. Ini berkaitan    dengan biaya hidup yang sangat mahal di Prancis. Walaupun Luc sekarang tinggal di Korea, tapi pengaruh kebiasaannya Prancisnya lebih logis jika berakar kuat. =) Tapi hal tersebut tidak menghalangi senangnya membaca novel ini yang gaya bahasanya tidak membosankan dan alurnya mengalir. ^^         
                                                                                                                                           
Kalimat teromantis dalam novel ini :
“Karena aku egois dan ingin kau tetap di sini … bersamaku.” (halaman 222)

Budaya Barat yang kental dalam quote ini...no taboo... :p
Rahasia diet orang Prancis.
“Orang Prancis bisa tetap langsing karena mereka lebih banyak melakukan seks dibandingkan negara lain di dunia. Bisa kau bayangkan berapa kalori yang terbakar? We spread love and stay healthy.” (Luc, halaman 249)
(ehm…maksud quote ini bukan gaya hidup bebas, tapi lebih cenderung dalam perilaku seks. Tapi jangan kuatir, novel ini sama sekali tidak vulgar. =))

Quotes yang menarik :

Dalam berpacaran, sedikit jarak itu bagus. 
(Maya, halaman 20)

Tak semua yang kalian lihat di layar kaca itu sesuai dengan dunia nyata. (Ahn sonsaengnim, halaman 23)                   
   
Standar cewek cantik menurut gue itu yang memiliki pemikiran dewasa.
Cewek manja sok imut begitu cuma cantik pas SMA aja. 
(Alva, halaman 41)

Setiap orang butuh teman. 
(Maya, halaman 51)
                                                                    
Citra dirimu ditentukan oleh perkataan yang keluar dari mulutmu. 
(Luc, halaman 87)

Make-up itu memang sepele, 
tapi wanita yang bisa bermake-up 
berarti bisa menghargai dirinya sendiri. 
(Luc, halaman 107)

Diabaikan ternyata lebih menyakitkan daripada ditolak. 
(Luc, halaman 123)

Orang berubah pikiran sepanjang waktu. 
(Maya, halaman 136)

Orang miskin juga punya harga diri. 
(Yujin, halaman 147)

Menyukai seseorang adalah hak asasi setiap manusia. 
(Maya, halaman 268)

Di dunia ini, kita sering diajarin cara mengasihi dan mencintai orang lain, tapi nggak ada yang ngajarin cara berhenti mencintai. 
(Rani, halaman 310)

Kadang, orang harus berusaha lebih buat mencapai keinginannya. 
Masa pasrah terus sama nasib? 
(Rani, halaman 311)

Orang diberi kemampuan untuk mencintai, 
tapi nggak dilatih untuk berhenti mencintai. 
(Rani, halaman 322)


Komentar

Posting Komentar

Popular Posting