Workshop Menulis Bersama Bernard Batubara di Beranda Cafe Bogor tanggal 16 November 2015



Lagi-lagi Bogor diguyur hujan. Ternyata boneka penangkal hujan tidak bisa menghalangi awan yang menangis kencang. Apa sang awan jomblo cemburu akan kisah cinta romantis Jika Aku Milikmu, salah satu novel Love Cycle terbitan GagasMedia ini? Apa alam sirik karena aku akan bertemu penulis idolaku? =)


Tapi hujan tidak menghalangi antusiasme peserta workshop menulis bersama Bernard Batubara. Buktinya sebagian besar peserta workshop tetap datang. Dan bukankah hujan menambah romantisme saat membahas kisah cinta pertama yang penuh kegalauan? ^.^
Apalagi acara ini diadakan di Beranda Cafe yang cozy. 


Letaknya di Jalan Bina Marga No. 18, Bogor. Mudah aksesnya, dekat tol Jagorawi. =)


Teng...acara spesial pun siap dimulai.


Sebelum acara workshop menulis, dilakukan diskusi novel Jika Aku Milikmu dengan moderator Ardy Kresna Crenata, direktur program Saung Menulis Indonesia


Orangnya ramah banget, masa aku diwawancara karena menerjang hujan ... Ehem... buka sedikit rahasia deh, kalau hujan-hujanan sih aku sudah biasa, pas SMP juga tiap hari pulang sekolah hujan-hujanan bareng teman, apalagi aku penggemar Shah Rukh Khan... :P ( lari, nari, cinta, dan hujan... :P Oh ya, sekedar tips, kalau lagi hujan ga boleh lari nanti kesambar petir. kalau ada geledek, buka mulutnya dikit biar enggak tuli...ati-ati masuk lalat ...) Jadi walaupun hujan menerpa (apalagi hujan segitu masih termasuk kategori agak ramah o.o), harus move on ke acara workshop Bang Bara. (sebenarnya paling aman kalau mengadakan event di Bogor sebelum jam 12 siang karena kalau lewat jam 12 cuaca tidak bisa diprediksi [ekstrim] walaupun paginya sangat cerah, siangnya kelam...sedikit tips untuk nebak hujan...tengadahkan wajah dan lihatlah awan...kalau bentuknya gundut banget...apalagi menggantung kayak cendawan...nah...bakal hujan gede. Segede-gedenya.)

pssst...pas pertama masuk ke cafe ini, rada malu juga sih, celingukan sendiri. O.O Peserta workshop lain pada bawa teman. Aku hanya sendiri. Basah pula persis kucing kecebur di sungai. :P Ya udah deh, pakai gaya cuek itiak. :P


Bang Bara memberikan sedikit penjelasan tentang novel kedelapannya, Jika Aku Milikmu. =)



Mas Ardy : “Tokoh Sarif polos dan tidak sensitif. Ada pengalaman pribadi Bara yang dituangkan ke dalam novel Jika Aku Milikmu?”


Bang Bara : “Tidak ada usaha khusus untuk melepaskan diri dari kontennya. Pernah ada yang bertanya pada saya. Bagaimana cara menulis tapi tidak terkesan curhat? Sebenarnya tidak ada masalah memuat kisah pribadi penulisnya. Teman-teman, jika kita membaca sebuah karya fiksi penulis terkenal, kita tidak tahu hal yang sebenarnya. Bisa saja si penulis menuangkan kehidupan pribadinya. Kita tak akan pernah tahu jika tidak diberitahu oleh si penulis. Tidak masalah menyisipkan pribadi kita sendiri. Kita bisa bebas menyiapkan karya tersebut menjadi  fiksi, memoir, atau pun biografi, sesuai dengan keinginan kita.
Ketika saya menulis Jika Aku Milikmu, banyak adegan pribadi yang tidak dialami. Hanya dibayangkan saja. Novel ini ditulis berdasarkan ide penerbit. Baik narasi, alur, maupun dialognya.
Jadi, tidak perlu takut curcol atau curhat ketika menulis. Hal yang salah ketika menyiapkan diri untuk menulis novel ialah menjadikan kehidupan sebagai ukurannya.
Contoh kasus : Seorang ibu, salah satu peserta workshop menulis yang tidak bisa merampungkan cerpennya karena ia membuat cerpen tersebut berdasarkan kisah nyata dengan mantan pacarnya yang hubungannya menggantung. Seharusnya ia menciptakan ending berdasarkan imajinasinya. Memang lingkungan kita membuat kita beranggapan curcol itu nista. Sebenarnya hal tersebut tergantung pengemasannya.
Gambaran tentang tokoh dalam Jika Aku Milikmu. Sarif, Nur, dan Mei, ketiganya mengalami cinta pertama.  Jadi, mereka saling ragu-ragu. Ada gap (celah) antara Nur dan Sarif. Nur itu lahir, hidup, dan akan mati di Pontianak. Antara 2 orang yang sedang memadu cinta, sering timbul masalah perbedaan cara pandang. Tokoh Sarif tidak mempresentasikan seluruh pria di dunia ini.
Ide utama dalam novel ini ialah keragu-raguan ketika meresmikan hubungan. Sarif pria yang sangat perhitungan, ingin pacar pertama untuk selamanya, mempunyai bayangan yang ideal untuk suatu hubungan. Ia modern dalam pandangan hidup, tapi konservatif dalam cinta.
Cipika-cipiki dianggap biasa di Jakarta. Tapi Nur yang merupakan gadis Pontianak yang tidak pernah menginjak Jakarta, menganggap cipika-cipiki Sarif dan Nur merupakan hal yang mengganggu perasaannya.”

Mas Ardy : “Bagaimana fakta dan imajinasi menurut Mbak Ida yang merupakan editor Bara?"
 

Mbak Ida : “Kalau saya menerima naskah, tidak masalah adanya pengalaman pribadi penulis atau tidak. Yang terpenting ialah cara pengemasannya. Sebuah karya bersifat bebas. Yang penting orang menerima karya tersebut. Penilaian perkara belakangan.”

Mas Ardy : “Bara pandai memainkan tensi untuk menciptakan suasana hanyut dan tegang pada pembaca. Dan jago bermain-main dengan quotes. Apa kekurangannya jika terlalu menekankan quotes?”

Mbak Ida : “Bara merupakan penulis yang menerapkan ‘penulis yang baik ialah pembaca yang baik.’ Kekuatan Bara terletak pada kemasan bahasa dan diksi.”

Mas Ardy : “Novel populer menekankan rasa. Ada desakan quotes harus muncul di depan. Kalau ada teks, quotes harus muncul tidak?”

Bang Bara : “Memang benar referensi strategi marketing ialah quotes yang tweetable. Saya suka  Haruki Murakami, penulis Norwegian Wood. Ia penulis dunia yang mendobrak pakem-pakem sastra. Tidak harus memakai bahasa tradisional yang rumit. Hard Boiled Wonderland and the End of the World merupakan science fiction yang quoteables. Termasuk novel populer. Secara tidak sadar saya mencontohnya.
Salah satu cara penulis supaya pembaca relate dengan isi bukunya ialah pada novel karangan Dan Brown. Ia salah satu penulis yang mahir memotong bab sehingga dapat menjaring lebih banyak pembaca. Otomatis gagasan lebih menyebar.
Ada juga penulis yang membuat novel 300 halaman, dengan 200 halaman quotes. Sah-sah saja.”

Mbak Ida : “Quotes adalah salah satu cara penulis mempermanis tulisan. Quotes yang baik, yang mudah diingat. Insting editor soal buang tidaknya quotes. Tidak masalah adanya quotes asal koheren, berhubungan.
Proses editing pada GagasMedia ialah GagasMedia menerima naskah 50 fiksi setiap bulan, yang dibagi-bagi ke editor-editor. Lalu editor akan menchecklist :
-Gaya bahasa menarik.
-Ada sesuatu yang baru.
-Alurnya kuat.
-Penokohan kuat.
Selanjutnya diadakan rapat redaksi. Setiap editor membawa naskah yang terpilih dan menghubungi penulis untuk revisi naskah. Dilakukan revisi berkali-kali sehingga pembaca akan puas dan layak terbit. Kemudian menentukan promo novel berupa quotes. Dan lalu menentukan layout yang ditentukan oleh penulis dan editor. Selanjutnya, prove it. Saat proses itu, pembuat cover, penulis, dan editor merancang cover. Pada GagasMedia, cover dipolling seluruh redaksi, lalu ke penulis, revisi. Dari novel naik cetak hingga terbit memakan waktu 2 minggu jika dalam Pulau Jawa.
Proses yang melelahkan ketika membaca naskah untuk pertama kalinya. Adanya editor untuk mempermanis naskah.”

Bang Bara : “Hal yang paling tidak menyenangkan ialah revisi. Penulis, seniman pada umumnya adalah makhluk yang paling egois. Novel pertama saya, ‘Kata Hati,’ bolak-balik revisi 14 kali dengan 250 komentar. Berarti ada 2 kesalahan di setiap lembarnya. Dengan polosnya, saya pikir novel sudah sempurna. Penulis tidak akan bisa kejam dengan karyanya sendiri. Saya mengirim naskah Kata Hati pas SMU, tapi ditolak penerbit. Baru 5 tahun kemudian saya kirim lagi ke penerbit lain dan diterima. Tapi dengan catatan direvisi. Saking banyaknya revisi,  yang tersisa hanya nama-nama tokohnya saja. Hampir semuanya berubah. Alur, dialog, dan bab.
Editor saya saat itu, Mbak Iwit orang yang gigih. Selalu mengecek dan menelepon saya. Bara, sudah belum revisinya?  Udah, lagi jalan, Mbak.    (padahal ga pernah saya sentuh selama 3 minggu)
Seorang penulis merasa setelah selesai menulis suatu novel, putus. Kemudian ingin beranjak menulis novel lain dengan ide baru.
Revisi itu bukan masalah typo, tapi mengubah jalan cerita.
Bara, ini bab ke-10 sebaiknya di bab pertama.
Tapi memang hasilnya jauh lebih rapi atau bagus. Hasil proses yang sangat panjang atau melelahkan.
Pelajari bagaimana membuat alur yang teratur dan konsistensi karakter novel. Mudah melakukan konsistensi pada cerpen, tapi lebih dari 100 halaman sulit.
Menjaga intensitas cerita, jangan terlalu landai, tegang, dan mendayu-dayu. Sebaiknya tempo lambat – cepat – lambat – cepat.
Percayalah dengan editor, seberapa pun down-nya.
Editor menghancurkan ego sebagai pencipta. Editor berfungsi seperti ortu. Tidak pernah ada editor yang membuat karya seorang penulis menjadi jelek. Karena itu, editor harus kejam.
Pesan saya, jangan pernah berhenti belajar dan banyak-banyak baca buku. Tidak ada cara praktis untuk mengarang.  Banyak membaca referensi, mencari ide, dan mempelajari teknik menulis.
Jangan mengidolakan suatu penulis. Resikonya gaya menulis dapat terjebak serupa dengan penulis idola. Nanti kamu terlewat gaya menulis yang lain. Hal tersebut terjadi pada saya. Saya suka Djenar Maesa Ayu. Ia menuangkan konten masalah seksual yang tabu pada saat itu. Saya suka banget cara menulisnya yang berbeda. Eksplorasinya. Eksperimennya. Kita harus menjaga kesenangan bereksperimen dan cara menulis. Cerpen yang kutulis ialah cerpen Jelangkung Terlentang. Bahasanya vulgar, dll.  Tapi rasanya tidak cocok ketika baca novel penulis lain, yaitu Ayu Utami dan Ari Laksana dari kelompok yang sama. Ternyata banyak penulis lain yang lebih hebat dari idolaku. Dengan memperbanyak referensi novel dan latihan menulis, jiwa penulis akan keluar dengan sendirinya.”

Mas Ardy : “Bagaimana pesan dari Mbak Ida untuk menjadi penulis yang baik?”

Mbak Ida : “Amatilah segala sesuatu dengan baik dan sedalam-dalamnya. Teruslah menulis.”

Acara dilanjutkan dengan doorprize. Pemenang boleh menanyakan apa saja kepada Bang Bara. 

Panitia menggoda pemenang (siswi SMU) karena tak menanyakan kehidupan pribadi Bang Bara seperti apakah Bang Bara sudah punya pacar? :P Ia menanyakan hal yang serius seperti bagaimana prolog yang baik? Jawabannya, awal menulis dengan hal-hal yang tak biasa. Contoh : ketika menulis prolog novel.
A. Aku terbangun di pagi hari. Beranjak dari tempat tidur. Indah sekali pemandangan di luar. Matahari baru saja terbit.
B. Aku terbangun di pagi hari. Beranjak dari tempat tidur. Aku di luar melihat orang-orang berkerumun saling melemparkan bom.
Jadi, mulailah dengan kejadian ganjil.

Lanjut ke pertanyaan doorprize kedua. Di kota mana Bara menulis novel Jika Aku Milikmu?
Salah seorang peserta workshop, seorang gadis manis menjawab dengan penuh semangat. Pontianak. Tet ..tot…salah. Jawaban yang benar ialah Jakarta dan Yogya.
Karena jawabannya salah, digantikan dengan pertanyaan lain. Siapa nama kedua tokoh utama dalam Jika Aku Milikmu?
Aku menjawab, Sarif dan Nur. Ternyata harus nama lengkap. Hehehe …berhubung aku pikun, lupa nama lengkap keduanya padahal aku sudah khatam baca novelnya. :P Berebutan kami mencari nama tersebut di novel yang dibagikan. Berhubung dua peserta yang menjawab benar, masing-masing menjawab satu nama. Sarif Tizaruddin. Nuraini Abubakar. Hadiahnya dibagi dua. :P
Pertanyaan doorprize ketiga, Jika Aku Milikmu adah karya Bara yang keberapa?
Kali ini si gadis manis yang duduk di sebelah mejaku menjawab dengan tepat. Kedelapan.

Acara dilanjutkan dengan workshop yang berlangsung dengan interaktif dan menyenangkan. Bang Bara sering melontarkan joke yang memancing tawa. =)

Judul presentasinya How to Keep the Readers Reading. Berhubung kode etis, maaf ya, aku tidak menulis materinya secara terperinci. ^.^ 

Acung 10 jempol buat Bang Bara. Dengan bahasa yang lugas dan sederhana, ia menerangkan tips-tips menulis yang baik, yang mampu membuat pembaca tetap membaca karya kita.


Dan sampailah pada sesi yang kutunggu-tunggu, book signing dan photo session. Peserta antri seperti permainan ular tangga. Penggemar Bang Bara dari segala umur. ^^


Yeay ... akhirnya sampai juga ke giliranku. ^.^ 







Bang Bara orangnya ramah banget dan sopan. Makasih banyak ya, workshopnya keren abis. ^.^


Bang Bara ga hanya akrab dengan fansnya lho. Yuk, intip keakraban Bara bersama panitia. =)





 Ternyata Bang Bara bisa bergaya unyu juga lho. :P



Bang Bara ditunggu event workshopnya lagi, ya? Jangan kapok datang ke Kota Hujan. DPDPB Bogor (yaitu diriku) siap jadi guide. Jam 8 -11 pagi jarang hujan. Dan bagaimana kalau tetap turun hujan? Itu sudah resiko kita semua O.O. Bukan ke Bogor kalau tidak merasakan hujan. Mungkin nanti malah jadi ide untuk Bang Bara bikin novel dengan judul Hujan...hujan...hujan...I love you =)


Terima kasih banyak, terutama untuk Bang Bara dan segala pihak yang mendukung acara workshop ini. GagasMedia,Saung Menulis, Beranda Cafe, dll. See you later. Love. ^.^

Komentar

  1. Hallo, Mbak Santi. Ini saya Ardy Kresna Crenata. Wah, saya baru baca postingan ini nih. Telat setahun. Hehe...

    Sebenarnya postingan ini Mbak Santi kirim via twitter 'kan ya, tempo hari itu? Masalahnya, twitter Saung Menulis Indonesia itu sudah tidak bisa saya akses lagi, karena kekonyolan saya. Jadi, saya baru bisa hadap-hadapan sama postingan ini sekarang deh.

    Terima kasih ya waktu itu sudah datang, Mbak Santi. :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Popular Posting