Review Girls in The Dark karangan Akiyoshi Rikako
My rating : 4,5 bintang (skala 5)
Judul novel : Girls in the Dark
Penulis : Akiyoshi Rikako
Penerjemah : Andry Setiawan
Penerbit : Haru
Terbitan : Mei 2014
Jumlah halaman : 278 halaman
Sinopsis :
Pertemuan
yami-nabe (panci kegelapan) kali ini sungguh berbeda karena masing-masing
anggota Klub Sastra akan membaca naskah pendek mereka masing-masing yang berisi
analisis kematian ketua Klub Sastra mereka, Shiraishi Itsumi yang sempurna,
cantik jelita, kaya raya, pintar, dan populer. Ia ditemukan meninggal secara
misterius di teras dekat pot bunga. Bunga lily yang digenggam jemarinya
merupakan pesan terakhirnya.
Review :
Ohayou, minnasan ^.^
Novel misteri
ini kental dengan gaya Jepang yang membangun latar ekstrim antara kemewahan,
kecantikan, dan kepintaran dengan kegelapan hati. Sesuai dengan judulnya yang provokatif
"Girls in the Dark", novel ini berkisah tentang gadis-gadis mempesona
yang merupakan anggota Klub Sastra Santa Maria. Mereka saling beradu argumen
dan mencari kambing hitam atas kematian Itsumi. Sejak awal aku menyingkirkan
kemungkinan Hojo Sensei sebagai pembunuh Itsumi. Tapi, aku merasa Hojo Sensei
mempunyai peranan cukup penting karena ia sangat dekat dengan Itsumi =)
Analisis kejahatannya
agak mengingatkan pada novel-novel Agatha Christie yang selalu menekankan
analisis kejahatan berdasarkan psikologis. Motif kejahatan dan watak si pembunuh.
Hanya kisah ini dikemas dengan gaya bahasa anak SMU yang ringan.
Karakter-karakter tokohnya unik.
Nitani Mirei, gadis miskin penerima beasiswa yang
menjadi guru privat Kazuki-kun, adik Itsumi. Ia sangat mengagumi Itsumi. Ia
terkesan polos. Ia berasal dari keluarga broken home.
Kominami Akane, gadis manis yang ahli membuat kudapan
manis ala Barat. Lagi-lagi pengarang membuat latar psikologis yang ekstrim.
Akane yang manis seperti boneka, tapi berkepribadian keras dan sinis. Ia keras
kepala dan pemberontak. Ia seorang yang ‘out of the box’ karena bercita-cita
menjadi chef makanan Barat walaupun ayahnya pemilik restoran tradisional
masakan Jepang. Ia juga ‘direct speaking’ dan emosional.
Diana Detcheva, siswi internasional dari Bulgaria.
Diana terkesan berkepribadian ganda. Ia sangat cantik, tapi bisa melakukan hal
yang ekstrim.
Koga Sonoko, anak IPA yang haus ilmu pengetahuan, gadis pintar yang bercita-cita
menjadi dokter. Ia sangat dekat dengan ayah Itsumi. Ia tenang, logis, dan
obyektif, tapi terkesan berdarah dingin.
Takaoka Shiyo, pengarang Kimi-kage Sou yang
mendapatkan penghargaan nasional. Ia diam-diam membenci Itsumi.
Sumikawa Sayuri, sahabat Itsumi, berkepribadian praktis dan sulit ditebak.
Dua tokoh yang sangat menonjol dalam novel ini ialah
Sumikawa Sayuri dan Shiraishi Itsumi. Sayuri seperti sang sutradara dan
Itsumi-lah sang superstar. Hubungan mereka
ibarat bulan dan matahari. Berkepribadian berbeda, tapi menyadari pentingnya
posisi masing-masing sehingga mereka menerapkan simbiosis mutualisme.
Bahkan mereka
berdua mempunyai kesamaan, mereka opportunist seperti laba-laba yang merajut
sarang. Mereka tahu cara memanfaatkan orang untuk kepuasan diri. Sayuri
ibaratnya bayang-bayang Itsumi. Tidak ada bayang-bayang tanpa sinar. Tapi,
apakah bayang-bayang ingin menjadi sinar? Apakah bisa dua laba-laba betina hidup dalam satu sarang?
Setiap anggota Klub Sastra mempunyai bercak kegelapan
dan berpotensi membunuh Itsumi. Cerita novel ini sangat menarik karena
masing-masing bab berisikan analisis berdasarkan sudut pandang masing-masing
tokoh. Berkesan seperti pembelaan diri pada sidang pengadilan dengan gaya
sastra dengan gaya menuntut pihak lain secara terbuka dan provokatif.
Pengarang agak terjebak menciptakan tokoh dengan
karakteristik yang hampir sama, yaitu Nitani Mirei dan Takaoka Shiyo. Mungkin
karena mereka berdua sama-sama berusaha menyembunyikan rahasia dari mata publik. Mirei akan lebih menarik jika ia lebih manis, pemalu,
lembut, dan kutu buku. Shiyo akan lebih menarik jika ia lebih emosional saat
menceritakan naskahnya. Supaya kepribadiannya terlihat lebih kontras. Tapi, ini
tidak mengurangi kualitas cerita.
Novel dengan judul yang provokatif ini sukses
membuatku penasaran sejak membaca halaman pertama. Imajinasinya kuat. Naratif
dan deskriptif. Terlihat pengarang melakukan riset yang cukup dalam
mengembangkan latar yang mewah dan mengembangkan karakter tokoh-tokohnya.
Misalnya barang-barang mewah, jenis-jenis kue, istilah kuliner, dan berbagai
judul buku.
Novel ini agak berkesan sastra, tapi tidak
membosankan. Gaya bahasanya menarik, komunikatif, dan deskriptif. Pengetahuan
pengarang sangat luas. Terlihat dari variasi judul buku yang dibaca oleh
masing-masing anggota Klub Sasta. Bahkan genre buku-buku tersebut sesuai dengan
karakteristik kepribadian dan hobby masing-masing tokoh. Hugh Selwyn Mauberley
karya Ezra Pound, Little House on the Prairie karya Wilder, Moby Dick karya
Melville, Le Rouge et le Noir karya Stendhal, Great Gatsby karya Fitzgerald,
Kafka, l'Amant karya Duras, dll.
Kisah ini juga mempunyai pesan bahwa bully tidak akan membawa kebahagiaan. Bully hanya membawa dendam dan amarah ...
Pengarang juga berhasil menciptakan akhir cerita yang
sangat mengejutkan dengan penyelesaian kasus yang berkesan misterius dan
menggantung. Pokoknya novel ini wajib dibaca fans genre misteri =)
Terimakasih banyak, Penerbit Haru, reviewku tentang Girls in the Dark di Goodreads terpilih. Hadiah notebook dan gelangnya imut banget =) Versi review originalnya di sini
Huwaah ini wishlist sejak lama tapi belom sempet beli. awalnya ngira isi ceritanya cuman drama2 ala abege. ternyata serem juga. nyoba nyari aah :D
BalasHapusiya,ini salah satu novel misteri favoritku. Yang bikin seram...sisi
BalasHapuspsikologis tokoh-tokohnya...Cerita misteri Jepang banyak yang seru ^.^
paling senang waktu moment menebak siapa pembunuh sebenarnya =) trims
banyak sudah berkunjung ke blog ini. cheers ^.^