Review Putri Tidur Tuathina karangan Mimosa Q
Judul buku : Putri Tidur Tuathina
Pengarang : Mimosa Q.
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 18 Agustus 2014
ISBN : 9786020303208
Jumlah halaman : 296
halaman
Harga : Rp 59.000,00
Harga : Rp 59.000,00
Penokohan
dalam novel ini bagus sekali. Karakter-karakternya terlihat jelas. Morena “Rena”
Foresta berkarakter khas seniman, ia artistik, penyendiri, dan emosional. Tapi,
kontras dengan sifat seniman yang biasanya hidup semaunya dan melabrak aturan,
Rena puritan, cenderung seperti putri es, dan memiliki keteraturan pikiran sebagai
pengusaha suvenir ataupun galeri yang sukses. Kesuksesannya juga didukung oleh
persahabatannya dengan Dominico “Dom” Oberon Magnifico, sang putra mahkota
Tuathina yang baik hati, hangat, dan usil. Paparazi selalu menduga Rena dan Dom
mempunyai hubungan asmara.
Hobby
Rena yang dapat tidur di mana saja, kapan saja membuatnya ia dijuluki “Putri
Tidur”. Rena merasa lebih bahagia setelah bercerai dengan Rex yang suka
berselingkuh dan suka melakukan KDRT. Bahkan Rex menyalahkan Rena atas kematian
Hope, anak mereka. Manifestasi psikologis Rena tercurah dalam lukisannya yang
populer di seantero Kerajaan Tuathina, yaitu “Putri Tidur Tuathina” yang cantik
jelita dan tidur di tengah hamparan salju.
Selama
19 bulan setelah perceraiannya Rena merasa bahagia dan sibuk melanjutkan
hidupnya, melukis, membuka toko suvenir, dan fotografi. Konflik terjadi ketika
Louisa Rowlands, seorang model cantik kaya raya, istri baru Rex yang sedang
hamil meminta Rena untuk melukis telanjang dirinya bersama Rex. Rena juga harus
bekerja sama dengan William “Will” Haryono, seorang fotografer ternama. Rena
jatuh cinta dengan Will, tapi ia merasa takut dengan masa lalu Will yang kelam
dan sifat Will yang sering berganti pasangan. Will cenderung menjadi paparazzi jika
menyangkut Rena. Hal ini menyebabkan Rena merasa kesal dan terganggu. Apalagi
Will tinggal di sebelah rumahnya.
Tokoh
Rena dan Will mempunyai kemiripan karakter dan latar belakang. Mereka seniman. Mereka mempunyai masa lalu
perkawinan yang tidak bahagia. Bahkan mereka juga sama-sama kehilangan anak
mereka. Hanya perbedaannya, Will lebih terbuka dalam berhubungan dengan lawan
jenis. Ia menerapkan HTS (Hubungan Tanpa Status). Sedangkan Rena lebih sukar
sembuh dari trauma dan menjauhi segala jenis hubungan. Hal ini khas perbedaan
pria dan wanita setelah mengalami kegagalan perkawinan. Pria cenderung sembuh
dari trauma lebih cepat.
Tokoh
Louisa dan Rex juga mempunyai kemiripan karakter. Mereka tipe egois yang
berlidah tajam. Tapi karakter Louisa lebih dominan dibandingkan Rex yang
berjiwa lemah, kekanak-kanakan, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Dalam novel ini seolah-olah menyatakan yang jahat
cocok dengan yang jahat, dan sebaliknya.
Tema
ceritanya umum mengenai percintaan dewasa (percintaan setelah mengalami
kegagalan perkawinan), tapi gaya bahasa yang lugas dan jelas, alur cerita yang mengalir
lancar,berbagai konflik (kecemburuan, kesalahpahaman, kelicikan, kejahatan) di
novel ini, membuat ceritanya menarik, sama sekali tidak membosankan =) Mungkin
cerita akan semakin menarik jika Art, pelukis muda di galeri Rena, yang terobsesi
melukis telanjang Rena lebih gigih berjuang memperebutkan cinta Rena =)
Masih
ada hal yang menggantung dalam novel ini. Tidak diketahui pelaku kejahatan
sampai akhir cerita. Sepertinya memang sengaja dibuat demikian. Menandakan adanya
sekuel Tuathina. Memang sebelum “Putri Tidur Tuathina”, telah terbit “Kerudung
Merah Tuathina” dan “Cinderella Tuathina”.
Aku
menyukai kisah ini dan memberi 4 bintang ^.^
keren keren, bisa jadi rekomendasi ini blog untuk cari buku
BalasHapusmakasih, sering2 ya berkunjung ke blog ini ^.^
Hapus